Intip 7 Manfaat Buah Labu, Yang Wajib Kamu Ketahui!

Kamis, 10 Juli 2025 oleh journal

Labu, sebagai sumber nutrisi, menawarkan beragam kebaikan bagi kesehatan. Kandungan vitamin, mineral, dan serat di dalamnya berperan penting dalam menjaga fungsi tubuh. Asupan dari tanaman ini dapat mendukung sistem kekebalan tubuh, kesehatan mata, dan pencernaan. Selain itu, senyawa antioksidan yang terdapat di dalamnya berkontribusi dalam melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas.

Konsumsi labu secara teratur dapat menjadi tambahan yang berharga untuk diet sehat. Kandungan nutrisinya mendukung berbagai fungsi tubuh dan membantu menjaga kesehatan secara keseluruhan, ujar Dr. Amelia Sari, seorang ahli gizi klinis.

Intip 7 Manfaat Buah Labu, Yang Wajib Kamu Ketahui!

Dr. Sari menambahkan bahwa labu kaya akan beta-karoten, yang diubah menjadi vitamin A dalam tubuh, penting untuk kesehatan mata dan sistem kekebalan tubuh. Selain itu, serat dalam labu membantu menjaga kesehatan pencernaan dan memberikan rasa kenyang lebih lama.

Sejalan dengan pendapat tersebut, penelitian ilmiah menunjukkan bahwa senyawa antioksidan seperti vitamin C dan E yang terdapat dalam labu berperan dalam melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Kalium dalam labu juga berkontribusi dalam menjaga tekanan darah yang sehat. Untuk mendapatkan manfaat optimal, disarankan mengonsumsi labu dalam berbagai bentuk, seperti direbus, dipanggang, atau diolah menjadi sup, dengan porsi yang wajar sebagai bagian dari diet seimbang.

Manfaat Buah Labu

Buah labu, kaya akan nutrisi, menawarkan beragam manfaat esensial bagi kesehatan. Keberagaman kandungan vitamin, mineral, dan antioksidan dalam labu menjadikannya pilihan yang baik untuk mendukung fungsi tubuh secara optimal.

  • Meningkatkan kekebalan tubuh
  • Menjaga kesehatan mata
  • Melancarkan pencernaan
  • Menurunkan tekanan darah
  • Melindungi sel tubuh
  • Mencegah peradangan
  • Sumber energi

Manfaat-manfaat tersebut berasal dari komposisi nutrisi labu. Misalnya, kandungan beta-karoten diubah menjadi vitamin A, esensial untuk penglihatan dan imunitas. Serat dalam labu membantu menjaga kesehatan usus dan mengontrol kadar gula darah. Antioksidan seperti vitamin C dan E melawan radikal bebas, mengurangi risiko penyakit kronis. Kalium membantu mengatur tekanan darah, berkontribusi pada kesehatan jantung. Secara keseluruhan, konsumsi labu mendukung kesehatan holistik.

Meningkatkan kekebalan tubuh

Kemampuan untuk meningkatkan kekebalan tubuh merupakan salah satu aspek penting dari efek positif konsumsi labu. Sistem imun yang kuat esensial dalam melawan infeksi dan penyakit. Kandungan nutrisi tertentu dalam labu berkontribusi signifikan dalam memperkuat pertahanan alami tubuh.

  • Kandungan Beta-Karoten dan Vitamin A

    Beta-karoten, prekursor vitamin A yang melimpah dalam labu, memainkan peran vital dalam fungsi kekebalan tubuh. Vitamin A mendukung produksi dan fungsi sel-sel imun, seperti sel T dan sel B, yang bertugas menyerang patogen. Kekurangan vitamin A dapat melemahkan respons imun, membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi.

  • Vitamin C sebagai Antioksidan

    Labu mengandung vitamin C, antioksidan kuat yang melindungi sel-sel imun dari kerusakan akibat radikal bebas. Radikal bebas, molekul tidak stabil yang dihasilkan selama metabolisme dan paparan lingkungan, dapat mengganggu fungsi imun. Vitamin C menetralkan radikal bebas, menjaga integritas dan efektivitas sel-sel imun.

  • Kandungan Zinc untuk Fungsi Imun

    Zinc, mineral penting yang terdapat dalam labu, terlibat dalam berbagai aspek fungsi imun, termasuk perkembangan dan aktivasi sel-sel imun, serta produksi antibodi. Zinc juga membantu menjaga integritas kulit dan membran mukosa, yang berfungsi sebagai penghalang fisik terhadap patogen.

  • Efek Anti-inflamasi

    Senyawa anti-inflamasi dalam labu dapat membantu mengurangi peradangan kronis, yang dapat melemahkan sistem imun. Peradangan kronis mengalihkan sumber daya imun dari melawan infeksi ke mengatasi peradangan, sehingga mengurangi kemampuan tubuh untuk melawan penyakit.

Dengan demikian, kandungan beta-karoten, vitamin C, zinc, dan senyawa anti-inflamasi dalam labu secara sinergis berkontribusi dalam memperkuat sistem kekebalan tubuh. Konsumsi labu secara teratur dapat membantu meningkatkan resistensi terhadap infeksi dan penyakit, mendukung kesehatan secara keseluruhan.

Menjaga kesehatan mata

Kesehatan organ penglihatan sangat bergantung pada asupan nutrisi yang memadai. Salah satu cara untuk mendukung fungsi optimal mata adalah melalui konsumsi makanan yang kaya akan vitamin dan antioksidan, seperti yang terkandung dalam labu. Komponen nutrisi tertentu dalam tanaman ini memiliki peran krusial dalam melindungi dan memelihara struktur serta fungsi mata.

Beta-karoten, pigmen karotenoid yang ditemukan dalam jumlah signifikan pada labu, merupakan prekursor vitamin A. Setelah dikonsumsi, tubuh mengubah beta-karoten menjadi vitamin A, yang esensial untuk kesehatan retina, kornea, dan lapisan luar mata lainnya. Vitamin A berperan dalam pembentukan rhodopsin, pigmen visual yang memungkinkan penglihatan dalam kondisi cahaya redup. Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan berbagai masalah penglihatan, termasuk rabun senja, mata kering, dan bahkan kerusakan kornea.

Selain beta-karoten, labu juga mengandung lutein dan zeaxanthin, dua jenis karotenoid lain yang terakumulasi di retina, khususnya di makula, area pusat retina yang bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan. Lutein dan zeaxanthin bertindak sebagai filter alami terhadap cahaya biru berbahaya yang berasal dari matahari dan perangkat digital. Cahaya biru dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada sel-sel retina, meningkatkan risiko degenerasi makula terkait usia (AMD), penyebab utama kebutaan pada orang dewasa di atas usia 50 tahun. Dengan menyerap cahaya biru, lutein dan zeaxanthin membantu melindungi makula dari kerusakan dan menjaga ketajaman penglihatan.

Lebih lanjut, kandungan vitamin C dan E, yang juga terdapat dalam labu, berperan sebagai antioksidan yang melindungi sel-sel mata dari kerusakan akibat radikal bebas. Radikal bebas dapat merusak protein dan lemak dalam lensa mata, meningkatkan risiko katarak, penglihatan kabur yang disebabkan oleh pengerasan lensa. Antioksidan menetralkan radikal bebas, mencegah kerusakan oksidatif dan membantu menjaga kejernihan lensa.

Dengan demikian, konsumsi labu secara teratur dapat memberikan kontribusi positif dalam menjaga kesehatan mata. Beta-karoten, lutein, zeaxanthin, vitamin C, dan vitamin E yang terkandung di dalamnya bekerja secara sinergis untuk melindungi retina, lensa, dan struktur mata lainnya dari kerusakan, membantu mempertahankan penglihatan yang optimal sepanjang hayat.

Melancarkan pencernaan

Efek positif pada sistem pencernaan merupakan aspek penting dari konsumsi labu. Kelancaran proses pencernaan berkontribusi pada penyerapan nutrisi yang optimal, pencegahan masalah seperti sembelit, dan pemeliharaan kesehatan mikrobioma usus. Kandungan serat yang signifikan dalam labu memainkan peran utama dalam memfasilitasi fungsi pencernaan yang sehat.

Serat, yang merupakan karbohidrat kompleks yang tidak dapat dicerna oleh tubuh, menambahkan volume pada tinja, sehingga mempermudah pergerakannya melalui saluran pencernaan. Hal ini membantu mencegah sembelit, kondisi di mana tinja menjadi keras dan sulit dikeluarkan. Selain itu, serat larut, jenis serat yang juga terdapat dalam labu, menyerap air dan membentuk gel di dalam usus. Gel ini memperlambat proses pencernaan, memberikan rasa kenyang lebih lama, dan membantu mengatur kadar gula darah. Serat larut juga berfungsi sebagai prebiotik, makanan bagi bakteri baik di usus, mendukung pertumbuhan dan aktivitas mikrobioma usus yang sehat.

Mikrobioma usus yang seimbang penting untuk kesehatan pencernaan secara keseluruhan. Bakteri baik membantu mencerna makanan, memproduksi vitamin tertentu, dan melindungi usus dari bakteri jahat. Dengan menyediakan prebiotik, serat dalam labu membantu memelihara mikrobioma usus yang sehat, yang pada gilirannya meningkatkan fungsi pencernaan dan kekebalan tubuh.

Selain serat, labu juga mengandung air, yang penting untuk menjaga hidrasi dan melancarkan pergerakan tinja. Kekurangan air dapat memperburuk sembelit dan memperlambat proses pencernaan. Kombinasi serat dan air dalam labu menjadikannya makanan yang ideal untuk mendukung kesehatan pencernaan.

Dengan demikian, konsumsi labu secara teratur dapat berkontribusi signifikan dalam melancarkan pencernaan. Kandungan serat yang tinggi membantu mencegah sembelit, mengatur kadar gula darah, dan memelihara mikrobioma usus yang sehat, sementara kandungan air membantu menjaga hidrasi dan memfasilitasi pergerakan tinja. Efek-efek ini secara kolektif mendukung kesehatan pencernaan secara optimal.

Menurunkan tekanan darah

Pengaturan tekanan darah yang sehat merupakan aspek krusial dalam menjaga kesehatan kardiovaskular. Konsumsi makanan tertentu, termasuk labu, dapat berperan dalam mendukung upaya menjaga tekanan darah dalam rentang normal. Kandungan nutrisi dalam labu berkontribusi dalam mekanisme yang membantu mengendalikan tekanan darah.

  • Kalium dan Regulasi Elektrolit

    Labu merupakan sumber kalium yang baik, mineral penting yang berperan dalam menjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh. Kalium membantu menetralkan efek natrium, yang dapat meningkatkan tekanan darah. Rasio kalium yang cukup terhadap natrium penting untuk menjaga tekanan darah yang sehat. Asupan kalium yang memadai membantu ginjal membuang kelebihan natrium melalui urin, sehingga menurunkan tekanan darah.

  • Serat dan Kesehatan Jantung

    Kandungan serat dalam labu, terutama serat larut, berkontribusi dalam menurunkan kadar kolesterol LDL ("jahat") dalam darah. Kolesterol LDL yang tinggi dapat menyebabkan penumpukan plak di arteri, mempersempit pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah. Serat larut mengikat kolesterol LDL di saluran pencernaan dan membawanya keluar dari tubuh, sehingga membantu menjaga arteri tetap bersih dan elastis.

  • Antioksidan dan Perlindungan Pembuluh Darah

    Antioksidan seperti vitamin C dan beta-karoten yang terdapat dalam labu melindungi pembuluh darah dari kerusakan akibat radikal bebas. Radikal bebas dapat merusak lapisan dalam pembuluh darah, memicu peradangan dan pembentukan plak. Antioksidan menetralkan radikal bebas, mencegah kerusakan oksidatif dan membantu menjaga pembuluh darah tetap sehat dan fleksibel.

  • Nitrat dan Vasodilatasi

    Meskipun tidak setinggi sayuran berdaun hijau, labu mengandung nitrat, senyawa yang diubah menjadi nitrit oksida dalam tubuh. Nitrit oksida adalah vasodilator, yang berarti melebarkan pembuluh darah, sehingga meningkatkan aliran darah dan menurunkan tekanan darah. Vasodilatasi membantu mengurangi tekanan pada dinding arteri, memfasilitasi sirkulasi yang lebih baik.

Kombinasi kalium, serat, antioksidan, dan nitrat dalam labu bekerja secara sinergis untuk mendukung regulasi tekanan darah. Mengintegrasikan labu ke dalam diet seimbang dapat menjadi strategi yang bermanfaat untuk membantu menjaga tekanan darah yang sehat, berkontribusi pada kesehatan jantung secara keseluruhan.

Melindungi sel tubuh

Kemampuan untuk melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan merupakan salah satu kontribusi signifikan dari konsumsi labu. Sel adalah unit dasar kehidupan, dan integritasnya sangat penting untuk fungsi organ dan sistem tubuh secara keseluruhan. Kerusakan sel, yang seringkali disebabkan oleh stres oksidatif dan peradangan, dapat memicu berbagai penyakit kronis. Labu, dengan kandungan antioksidan dan senyawa anti-inflamasinya, menawarkan perlindungan yang berharga bagi sel-sel tubuh.

Stres oksidatif terjadi ketika terdapat ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dan kemampuan tubuh untuk menetralkannya. Radikal bebas adalah molekul tidak stabil yang dapat merusak DNA, protein, dan lipid dalam sel, memicu proses penuaan dan meningkatkan risiko penyakit seperti kanker, penyakit jantung, dan penyakit neurodegeneratif. Labu mengandung berbagai antioksidan, termasuk vitamin C, vitamin E, beta-karoten, dan berbagai fitokimia, yang bekerja untuk menetralkan radikal bebas dan mencegah kerusakan oksidatif.

Vitamin C, sebagai antioksidan larut air, melindungi sel-sel dari kerusakan akibat radikal bebas di lingkungan berair, baik di dalam maupun di luar sel. Vitamin E, sebagai antioksidan larut lemak, melindungi membran sel dari kerusakan oksidatif. Beta-karoten, setelah diubah menjadi vitamin A, juga memiliki sifat antioksidan dan mendukung fungsi kekebalan tubuh, membantu tubuh melawan infeksi yang dapat memicu peradangan dan kerusakan sel.

Selain antioksidan, labu juga mengandung senyawa anti-inflamasi, yang membantu mengurangi peradangan kronis. Peradangan kronis, respons imun yang berkepanjangan dan tidak terkendali, dapat merusak sel-sel dan jaringan di seluruh tubuh. Senyawa anti-inflamasi dalam labu, seperti polisakarida dan flavonoid, membantu menekan produksi molekul pro-inflamasi, mengurangi peradangan dan melindungi sel-sel dari kerusakan yang diakibatkannya.

Dengan demikian, konsumsi labu menyediakan lapisan perlindungan bagi sel-sel tubuh. Antioksidannya menetralkan radikal bebas dan mencegah kerusakan oksidatif, sementara senyawa anti-inflamasinya mengurangi peradangan kronis. Kombinasi efek ini membantu menjaga integritas sel, mendukung fungsi organ yang optimal, dan mengurangi risiko penyakit kronis.

Mencegah peradangan

Inflamasi, atau peradangan, merupakan respons alami tubuh terhadap cedera atau infeksi. Namun, peradangan kronis, yang berlangsung dalam jangka panjang, dapat merusak jaringan dan organ, serta berkontribusi pada perkembangan berbagai penyakit kronis seperti penyakit jantung, artritis, diabetes tipe 2, dan bahkan beberapa jenis kanker. Diet yang kaya akan senyawa anti-inflamasi dapat membantu meredakan peradangan kronis dan melindungi tubuh dari konsekuensi negatifnya. Beberapa komponen nutrisi yang terdapat dalam tanaman Cucurbita, atau suku labu-labuan, memiliki potensi untuk menghambat proses inflamasi dalam tubuh.

Senyawa antioksidan, seperti vitamin C, vitamin E, dan beta-karoten, yang berlimpah dalam tanaman ini, memainkan peran penting dalam menetralkan radikal bebas. Radikal bebas merupakan molekul tidak stabil yang dapat memicu kerusakan sel dan peradangan. Dengan menetralisir radikal bebas, antioksidan membantu mengurangi stres oksidatif dan mencegah aktivasi jalur inflamasi. Selain itu, tanaman ini mengandung polisakarida, sejenis karbohidrat kompleks yang telah terbukti memiliki efek imunomodulator dan anti-inflamasi. Polisakarida dapat berinteraksi dengan sel-sel kekebalan tubuh, membantu mengatur respons inflamasi dan mencegah peradangan berlebihan.

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa ekstrak dari tanaman ini dapat menghambat produksi sitokin pro-inflamasi, yaitu molekul yang berperan dalam memediasi respons inflamasi. Dengan mengurangi produksi sitokin pro-inflamasi, tanaman ini dapat membantu meredakan peradangan dan melindungi jaringan dari kerusakan. Selain itu, kandungan asam lemak omega-3, meskipun dalam jumlah kecil, juga dapat berkontribusi pada efek anti-inflamasi. Asam lemak omega-3 dikenal karena kemampuannya untuk mengurangi peradangan dan meningkatkan kesehatan jantung.

Dengan demikian, konsumsi tanaman Cucurbita dapat menjadi bagian dari strategi diet yang bertujuan untuk mencegah dan meredakan peradangan kronis. Senyawa antioksidan, polisakarida, dan asam lemak omega-3 yang terkandung di dalamnya bekerja secara sinergis untuk melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas, mengatur respons inflamasi, dan mengurangi produksi sitokin pro-inflamasi. Efek-efek ini secara kolektif berkontribusi pada penurunan risiko penyakit kronis yang terkait dengan peradangan.

Sumber energi

Kapasitas untuk menyediakan energi merupakan atribut penting dari makanan tertentu, termasuk labu. Energi ini esensial bagi fungsi tubuh, aktivitas fisik, dan pemeliharaan metabolisme basal. Kandungan karbohidrat, vitamin, dan mineral dalam labu berkontribusi pada produksi dan pemanfaatan energi secara efisien.

  • Karbohidrat Kompleks sebagai Bahan Bakar Utama

    Labu mengandung karbohidrat kompleks, yang dipecah secara bertahap oleh tubuh menjadi glukosa. Glukosa merupakan sumber energi utama bagi sel-sel tubuh, termasuk otak, otot, dan organ lainnya. Karbohidrat kompleks memberikan energi berkelanjutan dibandingkan karbohidrat sederhana, membantu menjaga kadar gula darah stabil dan mencegah lonjakan energi yang tiba-tiba diikuti oleh penurunan tajam.

  • Vitamin B untuk Metabolisme Energi

    Vitamin B, seperti tiamin (B1), riboflavin (B2), niasin (B3), dan piridoksin (B6), yang terdapat dalam labu, berperan krusial dalam metabolisme energi. Vitamin B membantu mengubah karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang dapat digunakan oleh tubuh. Kekurangan vitamin B dapat menyebabkan kelelahan, kelemahan, dan gangguan metabolisme.

  • Mineral Esensial untuk Fungsi Enzim

    Mineral seperti magnesium dan mangan, yang juga ditemukan dalam labu, berfungsi sebagai kofaktor untuk enzim yang terlibat dalam produksi energi. Magnesium membantu mengaktifkan enzim yang memecah glukosa, sementara mangan berperan dalam metabolisme karbohidrat dan protein. Mineral ini memastikan bahwa proses produksi energi berlangsung secara efisien.

  • Serat untuk Regulasi Gula Darah

    Kandungan serat dalam labu membantu mengatur kadar gula darah. Serat memperlambat penyerapan glukosa ke dalam aliran darah, mencegah lonjakan gula darah yang dapat menyebabkan resistensi insulin dan diabetes tipe 2. Kadar gula darah yang stabil memberikan sumber energi yang konsisten dan mengurangi risiko kelelahan.

  • Kandungan Air untuk Hidrasi dan Metabolisme

    Labu mengandung kadar air yang tinggi, yang penting untuk hidrasi dan fungsi metabolisme yang optimal. Air membantu mengangkut nutrisi dan oksigen ke sel-sel tubuh, serta membuang limbah metabolisme. Dehidrasi dapat menyebabkan kelelahan dan penurunan kinerja fisik.

Dengan menyediakan karbohidrat kompleks, vitamin B, mineral esensial, serat, dan air, labu berkontribusi pada produksi dan pemanfaatan energi yang efisien. Integrasi labu ke dalam diet seimbang dapat membantu meningkatkan tingkat energi, mendukung aktivitas fisik, dan memelihara metabolisme basal yang sehat, menjadikannya pilihan yang baik untuk mendukung vitalitas dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Tips Mengoptimalkan Asupan Nutrisi dari Labu

Pemanfaatan tanaman ini sebagai sumber nutrisi dapat ditingkatkan melalui beberapa strategi sederhana. Penerapan tips berikut akan membantu memaksimalkan kebaikan yang ditawarkan oleh sayuran ini.

Tip 1: Variasikan Cara Pengolahan
Mengolahnya dengan berbagai metode dapat memengaruhi kandungan nutrisinya. Merebus, memanggang, atau mengukus adalah pilihan yang lebih baik daripada menggoreng, karena menggoreng dapat menambahkan lemak dan mengurangi kandungan vitamin yang larut dalam air. Eksperimen dengan resep yang berbeda untuk memastikan asupan nutrisi yang optimal.

Tip 2: Konsumsi Bersama Sumber Lemak Sehat
Kandungan beta-karoten yang larut dalam lemak akan lebih mudah diserap tubuh jika dikonsumsi bersama sumber lemak sehat seperti minyak zaitun, alpukat, atau kacang-kacangan. Menambahkan sedikit minyak zaitun saat memanggang labu atau mengonsumsinya dengan salad alpukat dapat meningkatkan penyerapan beta-karoten.

Tip 3: Pilih Labu yang Matang Sempurna
Labu yang matang sempurna cenderung memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi. Pilihlah labu yang terasa berat untuk ukurannya, memiliki warna yang merata, dan tidak ada memar atau bintik-bintik lunak. Simpan di tempat yang sejuk dan kering untuk mempertahankan kesegarannya.

Tip 4: Jangan Buang Bijinya
Biji labu merupakan sumber nutrisi yang kaya, mengandung protein, serat, dan mineral. Panggang biji labu dengan sedikit garam dan bumbu untuk camilan sehat dan bergizi. Pastikan untuk membersihkan biji labu terlebih dahulu dan keringkan sebelum dipanggang.

Dengan mengikuti tips ini, individu dapat memaksimalkan asupan nutrisi dan memperoleh manfaat kesehatan yang optimal dari konsumsi labu. Integrasi yang tepat dalam pola makan sehari-hari akan mendukung kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Bukti Ilmiah dan Studi Kasus

Efek konsumsi tanaman dari keluarga Cucurbitaceae, khususnya yang memiliki daging berwarna oranye, telah menjadi subjek penelitian intensif. Studi epidemiologis menunjukkan korelasi terbalik antara asupan karotenoid, yang melimpah dalam labu, dan risiko penyakit kardiovaskular. Sebuah studi kohort prospektif yang diterbitkan dalam American Journal of Clinical Nutrition menemukan bahwa individu dengan asupan beta-karoten tertinggi memiliki risiko 26% lebih rendah terkena penyakit jantung koroner dibandingkan dengan kelompok dengan asupan terendah. Temuan ini mengindikasikan potensi peran protektif senyawa tersebut terhadap sistem kardiovaskular.

Penelitian intervensi terkontrol secara acak telah menguji efek langsung dari konsumsi labu terhadap berbagai parameter kesehatan. Sebuah studi yang dipublikasikan di Journal of Medicinal Food meneliti efek pemberian ekstrak labu pada pasien dengan hipertensi ringan hingga sedang. Hasilnya menunjukkan penurunan signifikan dalam tekanan darah sistolik dan diastolik setelah 8 minggu intervensi, dibandingkan dengan kelompok kontrol yang menerima plasebo. Mekanisme yang mendasari efek ini diduga melibatkan peningkatan produksi nitrit oksida, vasodilator kuat, yang dipicu oleh nitrat yang terdapat dalam labu. Metodologi yang ketat dan ukuran sampel yang memadai memberikan validitas pada temuan ini.

Meskipun sebagian besar penelitian mendukung efek positif konsumsi labu, beberapa studi menunjukkan hasil yang beragam atau tidak signifikan. Sebuah meta-analisis dari beberapa studi observasional yang diterbitkan di Cochrane Database of Systematic Reviews menyimpulkan bahwa bukti yang ada tidak cukup kuat untuk membuktikan hubungan kausal antara asupan karotenoid dan penurunan risiko kanker secara keseluruhan. Variasi dalam desain studi, populasi yang diteliti, dan metode analisis data dapat menjelaskan inkonsistensi ini. Penelitian lebih lanjut dengan desain yang lebih ketat dan ukuran sampel yang lebih besar diperlukan untuk mengklarifikasi hubungan ini.

Pembaca didorong untuk terlibat secara kritis dengan bukti yang ada, mempertimbangkan kekuatan dan keterbatasan masing-masing studi, dan mencari informasi dari sumber yang kredibel dan berbasis bukti. Pemahaman yang komprehensif tentang bukti ilmiah sangat penting untuk membuat keputusan yang tepat mengenai integrasi tanaman ini ke dalam diet yang sehat.