7 Manfaat Daun Sage, Khasiatnya yang Wajib Kamu Ketahui!
Kamis, 19 Juni 2025 oleh journal
Tumbuhan bernama Sage, terutama bagian foliumnya, menyimpan berbagai potensi positif bagi kesehatan. Kandungan senyawa aktif di dalamnya dipercaya dapat memberikan dampak baik pada fungsi kognitif, peradangan, serta keseimbangan hormon. Penggunaan tradisionalnya mencakup peredaan gangguan pencernaan dan gejala menopause, yang didasarkan pada kandungan nutrisi dan sifat-sifat farmakologis yang dimilikinya.
"Potensi tumbuhan Sage sebagai pendukung kesehatan memang menarik. Beberapa penelitian awal menunjukkan adanya pengaruh positif terhadap memori dan fungsi kognitif. Namun, penting untuk diingat bahwa penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengkonfirmasi manfaat ini dan menentukan dosis yang aman dan efektif," ujar Dr. Amelia Hasan, seorang ahli gizi klinis.
Menurut Dr. Hasan, "Konsultasi dengan tenaga medis profesional tetap krusial sebelum menjadikan ekstrak tanaman ini sebagai bagian dari rutinitas kesehatan, terutama bagi individu dengan kondisi medis tertentu atau yang sedang mengonsumsi obat-obatan."
Kandungan senyawa aktif seperti rosmarinic acid dan berbagai jenis flavonoid di dalam tanaman Sage diduga berperan dalam memberikan efek antioksidan dan anti-inflamasi. Senyawa-senyawa ini berpotensi melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas dan mengurangi peradangan kronis. Secara tradisional, air rebusan dari tanaman ini sering digunakan untuk meredakan gangguan pencernaan ringan dan mengurangi keringat berlebihan. Meskipun demikian, penggunaan secara berlebihan tidak disarankan. Penting untuk memulai dengan dosis kecil dan memantau reaksi tubuh.
Manfaat Daun Sage
Daun Sage menyimpan potensi terapeutik yang beragam. Senyawa aktifnya berkontribusi pada berbagai aspek kesehatan. Berikut adalah beberapa manfaat utama yang perlu diperhatikan:
- Meningkatkan Fungsi Kognitif
- Mengurangi Peradangan
- Menstabilkan Hormon
- Meredakan Gangguan Pencernaan
- Mengurangi Keringat Berlebihan
- Efek Antioksidan
- Potensi Antimikroba
Manfaat-manfaat tersebut bersumber dari kandungan senyawa seperti rosmarinic acid, camphor, dan flavonoid. Efek peningkatan kognitif, misalnya, dapat bermanfaat bagi individu yang mengalami penurunan daya ingat. Sifat anti-inflamasi dapat membantu meredakan gejala penyakit inflamasi kronis. Penting untuk dicatat bahwa riset lebih lanjut diperlukan untuk sepenuhnya memahami dan mengoptimalkan penggunaan daun sage dalam konteks kesehatan.
Meningkatkan Fungsi Kognitif
Kemampuan kognitif, meliputi daya ingat, konsentrasi, dan kecepatan pemrosesan informasi, memegang peranan krusial dalam aktivitas sehari-hari. Potensi peningkatan fungsi-fungsi ini menjadi perhatian penting dalam konteks kesehatan holistik, dan berbagai penelitian mengindikasikan adanya hubungan antara konsumsi ekstrak tumbuhan tertentu dan perbaikan performa kognitif.
- Peningkatan Daya Ingat Jangka Pendek
Senyawa-senyawa yang terkandung di dalam tumbuhan Sage diduga dapat meningkatkan kadar neurotransmitter asetilkolin di otak. Asetilkolin berperan penting dalam proses pembelajaran dan pembentukan memori. Peningkatan kadar asetilkolin berpotensi memperbaiki kemampuan individu dalam mengingat informasi baru atau kejadian yang baru saja dialami. Contohnya, seseorang mungkin lebih mudah mengingat daftar belanjaan atau nama orang yang baru ditemui.
- Peningkatan Konsentrasi dan Fokus
Beberapa studi menunjukkan bahwa ekstrak Sage dapat membantu meningkatkan rentang perhatian dan mengurangi gangguan pikiran. Individu yang mengonsumsi ekstrak ini mungkin lebih mampu berkonsentrasi pada tugas yang sedang dikerjakan, menyelesaikan pekerjaan dengan lebih efisien, dan menghindari kesalahan akibat kurang fokus. Hal ini dapat bermanfaat dalam berbagai situasi, mulai dari pekerjaan hingga aktivitas belajar.
- Efek Neuroprotektif
Kandungan antioksidan dalam Sage, seperti rosmarinic acid, dapat membantu melindungi sel-sel otak dari kerusakan akibat radikal bebas. Radikal bebas dapat menyebabkan stres oksidatif, yang berkontribusi pada penurunan fungsi kognitif seiring bertambahnya usia. Dengan melindungi sel-sel otak, Sage berpotensi memperlambat proses penuaan kognitif dan mengurangi risiko gangguan neurodegeneratif.
- Potensi dalam Pengobatan Alzheimer
Meskipun penelitian masih dalam tahap awal, beberapa studi mengindikasikan bahwa Sage dapat memiliki potensi terapeutik dalam pengobatan penyakit Alzheimer. Efek peningkatan asetilkolin dan neuroprotektifnya dapat membantu meringankan gejala-gejala seperti kehilangan memori dan disorientasi. Namun, penting untuk dicatat bahwa Sage bukanlah pengganti pengobatan konvensional Alzheimer dan harus digunakan hanya sebagai terapi komplementer di bawah pengawasan medis.
Secara keseluruhan, potensi tumbuhan Sage dalam meningkatkan fungsi kognitif menjadikannya topik yang menarik untuk penelitian lebih lanjut. Meskipun hasil penelitian awal menjanjikan, penting untuk berkonsultasi dengan tenaga medis profesional sebelum menggunakan ekstrak Sage sebagai bagian dari strategi peningkatan kognitif, terutama bagi individu dengan kondisi medis yang sudah ada.
Mengurangi Peradangan
Inflamasi, atau peradangan, merupakan respons alami tubuh terhadap cedera atau infeksi. Meskipun esensial dalam proses penyembuhan, peradangan kronis dapat berkontribusi pada perkembangan berbagai penyakit, termasuk penyakit jantung, arthritis, dan bahkan kanker. Upaya untuk meredakan peradangan menjadi fokus penting dalam menjaga kesehatan secara keseluruhan. Beberapa tumbuhan, termasuk Salvia officinalis, menunjukkan potensi dalam mengurangi peradangan berkat kandungan senyawa aktif di dalamnya.
Kandungan rosmarinic acid, misalnya, merupakan senyawa antioksidan dan anti-inflamasi yang kuat. Senyawa ini bekerja dengan menghambat produksi molekul-molekul pro-inflamasi dalam tubuh, seperti sitokin dan prostaglandin. Dengan menekan produksi molekul-molekul ini, rosmarinic acid dapat membantu mengurangi intensitas peradangan dan meredakan gejala-gejala yang terkait.
Selain rosmarinic acid, tumbuhan tersebut juga mengandung senyawa lain seperti flavonoid dan terpenoid yang turut berkontribusi pada efek anti-inflamasi. Flavonoid, sebagai contoh, memiliki sifat antioksidan yang dapat melindungi sel-sel dari kerusakan akibat radikal bebas, yang merupakan salah satu pemicu peradangan. Terpenoid, di sisi lain, dapat berinteraksi dengan sistem kekebalan tubuh untuk membantu mengatur respons inflamasi.
Penggunaan tradisional ekstrak tumbuhan ini dalam mengatasi kondisi inflamasi, seperti radang tenggorokan atau masalah pencernaan, didasarkan pada sifat-sifat anti-inflamasi yang telah dijelaskan. Meskipun demikian, penting untuk dicatat bahwa penelitian ilmiah lebih lanjut diperlukan untuk sepenuhnya memahami mekanisme kerja dan efektivitas tumbuhan ini dalam mengurangi peradangan pada berbagai kondisi medis. Penggunaan sebagai terapi komplementer harus dilakukan dengan hati-hati dan di bawah pengawasan profesional kesehatan.
Menstabilkan Hormon
Kestabilan hormonal esensial bagi fungsi tubuh yang optimal. Ketidakseimbangan hormon dapat memicu berbagai masalah kesehatan. Beberapa penelitian awal mengindikasikan bahwa ekstrak tumbuhan Salvia officinalis berpotensi memengaruhi keseimbangan hormon, menjadikannya topik yang relevan dalam eksplorasi potensi manfaat tanaman ini.
- Pengaruh pada Gejala Menopause
Kandungan senyawa tertentu dalam tanaman tersebut dipercaya dapat membantu meredakan beberapa gejala menopause, seperti hot flashes dan keringat malam. Hal ini diduga terkait dengan kemampuannya memengaruhi aktivitas estrogen, meskipun mekanisme pastinya masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Pengurangan intensitas gejala menopause dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup wanita pada masa transisi ini.
- Potensi dalam Mengatur Siklus Menstruasi
Secara tradisional, tumbuhan ini telah digunakan untuk membantu mengatur siklus menstruasi yang tidak teratur. Efek ini mungkin berkaitan dengan kemampuannya memengaruhi hormon reproduksi, seperti progesteron dan estrogen. Namun, efektivitas dan keamanan penggunaan ini perlu dikonfirmasi melalui studi klinis yang lebih ketat.
- Dampak pada Keseimbangan Hormon Tiroid
Beberapa penelitian in vitro (di laboratorium) menunjukkan bahwa senyawa dalam Salvia officinalis dapat berinteraksi dengan hormon tiroid. Meskipun demikian, dampaknya pada fungsi tiroid secara keseluruhan pada manusia masih belum jelas. Individu dengan masalah tiroid sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan produk herbal yang mengandung tumbuhan ini.
- Potensi Interaksi dengan Obat Hormonal
Ekstrak tumbuhan ini berpotensi berinteraksi dengan obat-obatan hormonal, seperti pil kontrasepsi atau terapi penggantian hormon. Oleh karena itu, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi ekstrak ini bersamaan dengan obat-obatan hormonal untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan.
- Peran Senyawa Fitoestrogen
Beberapa senyawa dalam Salvia officinalis memiliki sifat fitoestrogen, yang berarti mereka dapat meniru efek estrogen dalam tubuh. Meskipun efek ini dapat bermanfaat dalam meredakan gejala menopause, konsumsi berlebihan fitoestrogen juga dapat memiliki efek samping. Penting untuk mengonsumsi tumbuhan ini dalam jumlah sedang dan memantau reaksi tubuh.
Meskipun terdapat indikasi potensi dalam menstabilkan hormon, penting untuk menekankan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami mekanisme kerja, efektivitas, dan keamanan penggunaan Salvia officinalis dalam konteks ini. Konsultasi dengan profesional kesehatan sangat disarankan sebelum menggunakan produk herbal yang mengandung tumbuhan ini, terutama bagi individu dengan kondisi medis yang mendasari atau yang sedang mengonsumsi obat-obatan hormonal.
Meredakan Gangguan Pencernaan
Penggunaan Salvia officinalis dalam pengobatan tradisional sering kali dikaitkan dengan kemampuannya meredakan berbagai gangguan pencernaan. Efek ini diyakini berasal dari beberapa mekanisme kerja yang saling terkait, meliputi sifat anti-inflamasi, antispasmodik, dan karminatif.
Sifat anti-inflamasi membantu mengurangi peradangan pada saluran pencernaan, yang dapat menjadi penyebab atau memperburuk kondisi seperti gastritis dan sindrom iritasi usus (IBS). Dengan mengurangi peradangan, tumbuhan ini dapat membantu meredakan nyeri perut, kembung, dan diare yang sering menyertai gangguan pencernaan.
Efek antispasmodik berkontribusi pada relaksasi otot-otot polos di saluran pencernaan. Kontraksi otot yang berlebihan dapat menyebabkan kram perut dan ketidaknyamanan. Dengan merelaksasi otot-otot ini, tumbuhan ini dapat membantu mengurangi kram dan memfasilitasi pergerakan makanan melalui saluran pencernaan.
Sifat karminatif mengacu pada kemampuan tumbuhan ini untuk membantu mengeluarkan gas dari saluran pencernaan. Gas yang berlebihan dapat menyebabkan kembung, perasaan penuh, dan nyeri perut. Dengan membantu mengeluarkan gas, tumbuhan ini dapat memberikan rasa lega dan mengurangi ketidaknyamanan.
Senyawa aktif yang diduga berperan dalam efek meredakan gangguan pencernaan meliputi rosmarinic acid, flavonoid, dan terpenoid. Rosmarinic acid memiliki sifat anti-inflamasi dan antioksidan yang kuat. Flavonoid dapat membantu melindungi lapisan saluran pencernaan dari kerusakan. Terpenoid memiliki efek antispasmodik dan karminatif.
Meskipun penggunaan tradisional menunjukkan potensi manfaat, penting untuk dicatat bahwa penelitian ilmiah lebih lanjut diperlukan untuk sepenuhnya memahami mekanisme kerja dan efektivitas tumbuhan ini dalam meredakan berbagai gangguan pencernaan. Konsultasi dengan profesional kesehatan disarankan sebelum menggunakan produk herbal yang mengandung Salvia officinalis sebagai pengobatan untuk masalah pencernaan.
Mengurangi Keringat Berlebihan
Hiperhidrosis, kondisi ditandai dengan produksi keringat berlebihan melampaui kebutuhan termoregulasi tubuh, dapat menimbulkan ketidaknyamanan signifikan dan memengaruhi kualitas hidup individu. Pengobatan tradisional, termasuk pemanfaatan ekstrak tumbuhan tertentu, telah lama dicari sebagai alternatif atau pelengkap terapi konvensional. Salah satu tumbuhan yang mendapat perhatian dalam konteks ini adalah Salvia officinalis, yang secara empiris dilaporkan memiliki efek mengurangi produksi keringat berlebihan.
Mekanisme aksi yang mendasari efek antiperspiran Salvia officinalis belum sepenuhnya dipahami, namun beberapa teori diajukan berdasarkan komposisi kimianya. Salah satu hipotesis melibatkan interaksi senyawa-senyawa aktif dalam ekstrak tumbuhan dengan reseptor di kelenjar keringat. Senyawa-senyawa ini diduga memiliki efek antikolinergik ringan, yang berarti mereka dapat menghambat aktivitas asetilkolin, neurotransmitter yang merangsang produksi keringat. Dengan menghambat asetilkolin, ekstrak tumbuhan berpotensi mengurangi aktivitas kelenjar keringat dan menurunkan volume keringat yang dihasilkan.
Teori lain mengaitkan efek antiperspiran dengan kandungan tanin dalam Salvia officinalis. Tanin memiliki sifat astringen, yang berarti mereka dapat menyebabkan kontraksi jaringan. Ketika diterapkan secara topikal atau dikonsumsi secara internal, tanin dapat menyebabkan kontraksi saluran kelenjar keringat, sehingga membatasi aliran keringat ke permukaan kulit. Efek ini dapat bersifat sementara, namun dapat memberikan bantuan bagi individu yang mengalami hiperhidrosis.
Penting untuk dicatat bahwa efektivitas Salvia officinalis dalam mengurangi keringat berlebihan dapat bervariasi antar individu. Faktor-faktor seperti dosis, metode aplikasi (topikal atau internal), dan kondisi medis yang mendasari dapat memengaruhi respons terhadap pengobatan. Meskipun beberapa penelitian awal menunjukkan hasil yang menjanjikan, penelitian klinis yang lebih besar dan terkontrol dengan baik diperlukan untuk mengkonfirmasi efektivitas dan keamanan penggunaan Salvia officinalis sebagai terapi hiperhidrosis. Konsultasi dengan dokter atau ahli herbal yang berkualifikasi sangat disarankan sebelum menggunakan ekstrak tumbuhan ini sebagai pengobatan untuk keringat berlebihan, terutama jika individu memiliki kondisi medis yang mendasari atau sedang mengonsumsi obat-obatan lain.
Efek Antioksidan
Kemampuan menetralkan radikal bebas merupakan salah satu aspek penting dari potensi tumbuhan Salvia officinalis bagi kesehatan. Radikal bebas, molekul tidak stabil yang dihasilkan selama metabolisme seluler dan terpapar polusi lingkungan, dapat memicu stres oksidatif. Kondisi ini, jika berlangsung kronis, berkontribusi pada kerusakan seluler dan peningkatan risiko berbagai penyakit degeneratif, termasuk penyakit jantung, kanker, dan gangguan neurodegeneratif.
Daun tumbuhan ini mengandung berbagai senyawa antioksidan, seperti rosmarinic acid, carnosic acid, dan flavonoid. Senyawa-senyawa ini bekerja dengan mendonorkan elektron ke radikal bebas, menstabilkannya dan mencegahnya merusak molekul-molekul penting dalam sel. Dengan menetralkan radikal bebas, senyawa antioksidan membantu melindungi sel dari kerusakan oksidatif dan mengurangi risiko penyakit kronis.
Rosmarinic acid, salah satu antioksidan utama dalam Salvia officinalis, telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat daripada beberapa antioksidan sintetis. Selain menetralkan radikal bebas secara langsung, rosmarinic acid juga dapat meningkatkan produksi enzim antioksidan endogen dalam tubuh, yang selanjutnya memperkuat pertahanan sel terhadap stres oksidatif.
Flavonoid, kelompok senyawa antioksidan lain yang ditemukan dalam tumbuhan ini, juga berkontribusi pada efek perlindungan terhadap kerusakan oksidatif. Flavonoid memiliki berbagai mekanisme aksi, termasuk menangkap radikal bebas, menghambat enzim yang menghasilkan radikal bebas, dan meningkatkan aktivitas enzim antioksidan.
Dengan kandungan senyawa antioksidan yang beragam, konsumsi ekstrak tumbuhan Salvia officinalis berpotensi membantu melindungi tubuh dari efek merusak radikal bebas dan mengurangi risiko penyakit kronis yang terkait dengan stres oksidatif. Meskipun demikian, penting untuk dicatat bahwa efek antioksidan hanyalah salah satu aspek dari potensi manfaat tumbuhan ini, dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk sepenuhnya memahami dampaknya pada kesehatan manusia.
Potensi Antimikroba
Kemampuan menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme, seperti bakteri, virus, dan jamur, merupakan salah satu area penelitian yang menarik terkait dengan tumbuhan Salvia officinalis. Keberadaan senyawa-senyawa dengan sifat antimikroba di dalam ekstrak tumbuhan ini memberikan dasar bagi eksplorasi potensinya dalam mengatasi infeksi dan menjaga kesehatan. Senyawa-senyawa tersebut bekerja melalui berbagai mekanisme, mengganggu fungsi vital mikroorganisme dan menghambat proliferasinya.
Beberapa penelitian in vitro, atau studi laboratorium, menunjukkan bahwa ekstrak Salvia officinalis efektif melawan berbagai jenis bakteri, termasuk bakteri Gram-positif dan Gram-negatif. Bakteri Gram-positif, seperti Staphylococcus aureus, seringkali menjadi penyebab infeksi kulit dan jaringan lunak. Sementara itu, bakteri Gram-negatif, seperti Escherichia coli, dapat menyebabkan infeksi saluran kemih dan infeksi pencernaan. Efektivitas ekstrak tumbuhan ini terhadap kedua jenis bakteri tersebut menunjukkan spektrum aktivitas antimikroba yang luas.
Selain aktivitas antibakteri, beberapa penelitian juga mengindikasikan potensi antivirus dari Salvia officinalis. Senyawa-senyawa tertentu dalam ekstrak tumbuhan ini diduga dapat menghambat replikasi virus, mencegah penyebarannya dalam tubuh. Meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi efek antivirus ini, temuan awal ini menjanjikan dalam pengembangan terapi antivirus alami.
Potensi antijamur juga menjadi fokus penelitian. Beberapa studi menunjukkan bahwa ekstrak Salvia officinalis dapat menghambat pertumbuhan jamur patogen, seperti Candida albicans, yang merupakan penyebab umum infeksi jamur pada manusia. Efek antijamur ini dapat bermanfaat dalam mengatasi infeksi jamur kulit, infeksi mulut, dan infeksi vagina.
Meskipun penelitian in vitro menunjukkan hasil yang menjanjikan, penting untuk dicatat bahwa efek antimikroba Salvia officinalis mungkin berbeda dalam lingkungan in vivo, atau dalam tubuh manusia. Faktor-faktor seperti dosis, metode aplikasi, dan interaksi dengan sistem kekebalan tubuh dapat memengaruhi efektivitas ekstrak tumbuhan ini dalam mengatasi infeksi. Oleh karena itu, penelitian klinis lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi potensi antimikroba Salvia officinalis dan menentukan dosis yang aman dan efektif untuk penggunaan terapeutik. Penggunaan ekstrak tumbuhan ini sebagai terapi antimikroba harus dilakukan dengan hati-hati dan di bawah pengawasan profesional kesehatan.
Panduan Pemanfaatan Tumbuhan Sage
Ekstraksi dan pemanfaatan senyawa bioaktif dari tumbuhan Salvia officinalis memerlukan pemahaman yang cermat untuk memaksimalkan potensi manfaatnya dan meminimalkan risiko yang mungkin timbul.
Tip 1: Konsultasi dengan Profesional Kesehatan
Sebelum memasukkan ekstrak tumbuhan ini ke dalam rutinitas kesehatan, konsultasi dengan dokter atau ahli herbal yang berkualifikasi sangat dianjurkan. Pertimbangan kondisi kesehatan yang mendasari, interaksi obat potensial, dan dosis yang tepat merupakan langkah krusial.
Tip 2: Perhatikan Kualitas Produk
Pilihlah produk yang berasal dari sumber yang terpercaya dan telah melalui proses pengujian kualitas yang ketat. Periksa label untuk memastikan kandungan senyawa aktif yang relevan dan hindari produk yang mengandung bahan tambahan yang tidak perlu.
Tip 3: Mulai dengan Dosis Rendah
Mulailah dengan dosis rendah dan secara bertahap tingkatkan sesuai kebutuhan, sambil memantau respons tubuh. Reaksi individu terhadap ekstrak tumbuhan ini dapat bervariasi, sehingga penyesuaian dosis mungkin diperlukan.
Tip 4: Perhatikan Potensi Efek Samping
Meskipun umumnya dianggap aman, ekstrak tumbuhan ini dapat menyebabkan efek samping pada beberapa individu, seperti gangguan pencernaan ringan atau reaksi alergi. Hentikan penggunaan jika timbul efek samping yang mengganggu dan konsultasikan dengan profesional kesehatan.
Pemanfaatan bijak dan bertanggung jawab, didasarkan pada informasi yang akurat dan bimbingan profesional, akan membantu memaksimalkan potensi manfaat tumbuhan ini bagi kesehatan.
Bukti Ilmiah dan Studi Kasus
Evaluasi khasiat ekstrak tumbuhan Salvia officinalis melibatkan tinjauan terhadap bukti ilmiah yang ada. Sejumlah studi kasus dan penelitian klinis telah dilakukan untuk meneliti berbagai potensi terapeutiknya. Meskipun hasil penelitian ini bervariasi, beberapa temuan menjanjikan telah muncul, terutama dalam konteks fungsi kognitif dan gejala menopause.
Studi yang meneliti efek tumbuhan ini pada fungsi kognitif sering kali menggunakan desain penelitian terkontrol plasebo. Partisipan dibagi menjadi kelompok yang menerima ekstrak tumbuhan dan kelompok kontrol yang menerima plasebo. Kinerja kognitif dinilai menggunakan berbagai tes standar, seperti tes memori, perhatian, dan kecepatan pemrosesan informasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan dapat meningkatkan memori jangka pendek dan perhatian pada beberapa partisipan. Namun, penting untuk dicatat bahwa ukuran sampel dalam studi ini seringkali kecil, dan temuan ini perlu dikonfirmasi dalam penelitian yang lebih besar.
Dalam konteks gejala menopause, beberapa studi kasus telah melaporkan bahwa konsumsi ekstrak tumbuhan dapat mengurangi frekuensi dan intensitas hot flashes dan keringat malam. Studi-studi ini biasanya melibatkan wanita yang mengalami gejala menopause dan mengonsumsi ekstrak tumbuhan selama beberapa minggu atau bulan. Meskipun laporan-laporan ini memberikan bukti anekdotal, penelitian yang lebih terkontrol diperlukan untuk menentukan efektivitas dan keamanan jangka panjang tumbuhan ini dalam mengatasi gejala menopause.
Interpretasi bukti ilmiah terkait dengan tumbuhan ini memerlukan pendekatan kritis. Perlu diingat bahwa hasil penelitian dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti desain penelitian, ukuran sampel, dan karakteristik partisipan. Penelitian lebih lanjut, dengan metodologi yang ketat dan ukuran sampel yang lebih besar, diperlukan untuk mengkonfirmasi potensi terapeutik tumbuhan ini dan menentukan dosis yang optimal untuk berbagai kondisi.